Kamis, 25 April 2013

Kondisi Geologi Pulau Halmahera

Fisiografi
Berdasarkan Peta Geologi lembar Ternate, Maluku Utara yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung, fisiografi Pulau Halmahera dibagi menjadi 3 (tiga) bagian utama, yaitu Mendala Halmahera Timur, Halmahera barat, dan Busur Kepulauan Gunung Api Kuarter.

a. Mendala Fisiografi Halmahera Timur
Mendala Halmahera Timur meliputi lengan timur laut, lengan tenggara, dan beberapa pulau kecil di sebelah timur Pulau Halmahera. Morfologi mendala ini terdiri dari pegunungan berlereng terjal dan torehan sungai yang dalam, serta sebagian mempunyai morfologikarst. Morfologi pegunungan berlereng terjal merupakan cerminan batuan keras. Jenis batuan penyusun pegunungan ini adalah batuan ultrabasa. Morfologi karst terdapat pada daerah batugamping dengan perbukitan yang relatif rendah dan lereng yang landai.

b. Mendala fisiografi Halmahera Barat
Mendala Halmahera Barat bagian utara dan lengan selatan Halmahera. Morfologi mendala berupa perbukitan yang tersusun atas batuan sedimen, pada batugamping berumur Neogen dan morfologikarst dan dibeberapa tempat terdapat morfologi kasar yang merupakan cerminan batuan gunung api berumur Oligosen .
c. Mendala busur kepulauan gunung api kuarter Mendala ini meliputi pulau-pulau kecil di sebelah barat pulau Halmahera. Deretan pulau ini membentuk suatu busur kepulauan gunung api kuarter. Sebagian pulaunya mempunyai kerucut gunung api yang masih aktif.

 Stratigrafi
Pulau Halmahera terletak di antara pulau Sulawesi dan Papua, pada pusat lempeng mikro yang sangat rumit dan berada pada batas pertemuan tiga lempeng (Australasia, Eurasia, dan Pasifik). Halmahera memiliki sejarah tektonik yang mirip dengan Sulawesi, terlihat dari bentuknya yang menyerupai huruf “K”. Geologi lengan timur dan barat Halmahera sangat berbeda bukan hanya secara tektonik tetapi juga evolusi formasi geologinya telah menghasilkan jalur yang sangat berbeda. Lengan timur Halmahera memiliki batuan ultrabasa sebagai batuan dasar dan batuan sedimen di atasnya dari Formasi Dodoga dan Formasi Dorosagu yang berumur Eosen. Setelah ada jeda waktu sedimentasi sejak Eosen Akhir hingga Oligosen Awal, terjadi aktivitas vulkanik yang menghasilkan material vulkanik. Sementara itu terbentuk batuan sedimen dan batuan karbonat. Selama Kala Kuarter Halmahera Timur mengalami pengangkatan dan erosi. Laut Maluku di sebelah Barat Halmahera merupakan zona tumbukan antara busur vulkanik Sangihe dan Halmahera. Tunjaman ke arah Timur dari lempeng samudra Maluku di bawah lempeng laut Halmahera dan Filipina sejak Paleogen telah menghasilkan empat busur vulkanik di lengan Barat Halmahera, yaitu: Formasi Bacan (? Paleogen), Formasi Gosowong (? Miosen Akhir), Formasi Kayasa (Pliosen) dan Formasi Vulkanik Kuarter yang masih aktif hingga saat ini (Gambar 2.1). Formasi-formasi ini dipisahkan oleh ketidak selarasan menyudut yang memiliki jeda waktu yang cukup panjang (Marjoribanks, 1997, dalam Richard dan Priyono, 2004).

Formasi Gosowong didominasi oleh batuan vulkanik bersifat andesitik sampai dasitik dan batuan vulkaniklastik. Dari hasil dating (40Ar/39Ar) terhadap batuan basaltikandesit dari Formasi Gosowong didapatkan umur dengan kisaran 5,4Ma sampai 2,6Ma. Kisaran waktu yang besar ini mungkin dikarenakan hilangnya argon selama proses tektonik yang luas paska pengendapan, intrusi dan alterasi yang mempengaruhi Formasi 13 Gosowong.
 Bukti geologi menunjukkan bahwa umur yang tertua (5,6Ma atau Miosen Akhir) seharusnya digunakan sebagai umur minimum dari Formasi Gosowong (Majoribanks,1998, dalam Olberg dkk, 1999). Formasi Gosowong tertutup secara tidak selaras oleh batuan vulkanik dari Formasi Kayasa.

Formasi Kayasa didominasi oleh lava dan breksi. Lava ini berkomposisi basaltik sampai andesitik, berwarna abu-abu gelap sampai kehitaman; mineral gelapnya sebagian besar piroksen, bertekstur porfiritik dengan feldspar sebagai fenokris. Breksi formasi ini memiliki komponen andesitik dan basaltik, dengan warna abu-abu terang sampai abuabu gelap; bertekstur afanitik sampai faneritik, matriks pasir halus sampai sedang, tidak terpilah dengan baik, sebagian umumnya terkloritisasi. Formasi ini deperkirakan berumur Pliosen.
Kedua Formasi di atas kemudian secara lokal diintrusi oleh andesit porfiri dan diorit kuarsa, yang kadang-kadang berasosiasi dengan mineralisasi emas-tembaga.



Rabu, 24 April 2013

Dasar Manusia…Tambang Dunia akan Habis lalu Cari Tambang Di Luar Angkasa - Eramuslim

Redaksi – Jumat, 22 Februari 2013 10:04 WIB Berita Terkait

 
 
Sydney – Para ilmuwan berpendapat mereka pada akhirnya akan bisa mengatasi biaya besar dan kesulitan teknis untuk menggali mineral di asteroid, bahkan di bulan atau Mars.

Mungkinkah industri pertambangan di masa depan bisa dilakukan di luar dunia ini?
Demikian pertanyaan yang ada di benak para para ilmuwan yang ingin mengeksplorasi antariksa untuk memperoleh sumber-sumber kekayaan baru dalam sebuah pertemuan yang digelar di Sydney, Australia, baru-baru ini.
Para ilmuwan meyakini asteroid bisa menghasilkan platinum dan berlian, sedangkan bulan mengandung mineral langka yang dapat digunakan untuk membuat komputer, rudal dan turbin angin, karena ketersediannya semakin menipis di Bumi.
Visi-visi yang berani ini memang tidak ekonomis untuk sekarang ini. Namun para ilmuwan yakin bahwa penambangan di antariksa, seperti di bulan atau Mars, yang dikendalikan dari Bumi dapat terlaksana dalam satu dasawarsa lagi.
Gordon Roesler, pakar robotika antariksa dari Universitas New South Wales, Australia, mengatakan upaya untuk mengekplorasi antariksa ini telah dimulai.
Menurutnya, setidaknya ada dua perusahaan yang baru saja memulainya, satu di AS dan satu lagi di Inggris, yang siap menambang di asteroid.
“Kita telah membicarakan hal ini selama beberapa dasawarsa, tetapi kenapa perusahaan-perusahaan ini memulainya sekarang dengan dukungan para milyarder? Mengapa mereka melakukannya? Saya pikir itu karena kemajuan dalam robotika,” ujar Roesler, seperti dikutip Voa News.
Roesler mengatakan potensi robot ditunjukkan oleh kemampuan mereka di pabrik-pabrik, dalam eksplorasi bawah laut serta di Mars, di mana kendaraan Curiosity milik NASA baru-baru ini mengebor Planet Merah itu untuk pertama kalinya.
Sementara itu, Rene Fradet, Wakil Direktur Direktorat Teknik dan Sains di Jet Propulsion Laboratory AS mengatakan, keberhasilan Curiousity di Mars akan mendorong eksplorasi ruang angkasa.
Menurut Fradet, pertambangan di antariksa juga bisa menjadi langkah pertama untuk mendirikan koloni di ruang angkasa, air yang diperoleh dari asteroid, bulan atau Mars dapat menjadi bahan bakar pesawat antariksa dan menghidupi koloni manusia. [Dz/ikh/Inilah]

Sabtu, 20 April 2013

         PERJUANGAN 
YANG BELUM SELESAI

Kehidupan manusia dimuka Bumi ini penuh dengan jalan berliku-liku, bahwa dalam mengarungi Hidup dan Kehidupan ini, tentunya kita memiliki sebuah Cita-cita dan Harapan yang Ideal, namun Cita-cita dan Harapan yang Ideal ini belum  terktualkan dalam Dunia Realitas..........

Dear,-
My Memory""

Jumat, 18 Januari 2013




"TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA

(UVRI) MAKASSAR,,,

 








GENESA MINERAL  



I.        Cara Terjadinya Mineral

Mineral merupakan hasil akhir dari proses alam yang kompleks, dimana Karakteristik, Lingkungan Geologi serta Mineral Asosiasinya merupakan tanda yang dapat menerangkan kondisi sebenarnya dimana ia terbentuk dan kemungkinan terbentuknya pada masa yang akan dating.
Dilihat dari segi lingkungan formasinya, mineral adalah produk seri yang kompleks dari bahan kimiawi, fase reaksi (kristalisasinya) yang dilewati melalui suatu permulaan dari keadaan atom-ataom yang tidak teratur dalam kurun waktu tertentu atau dengan cara yang homogen, kemudian pada suatu saat dalam formasinya selama pertumbuhannya mineral berusaha untuk mencapai keadaan seimbang dengan lingkungannya. Hal inilah yang menyebabkan mengapa setiap perubahan dalam kondisi-kondisi (seperti tekanan, suhu, keasaman larutan, dll) jika salah satunya terganggu akan mengganggu pertumbuhannya atau akan membentuk dirinya melalui perubahan-perubahan di dalam pengaturan inti mineral (seperti kerusakan struktur, persent inklusi, zonasi kimiawi).
Secara fase reaksi (kristalisasi), maka proses kristalisasi pembentukan mineral dibagi menjadi 2 fase, yaitu :

a.    Nucleation
Yaitu pembentukan inti dari mineral yang inti tersebut dapat membesar melalui proses pertumbuhan. Inti terbentuk dari sekumpulan material-material unsur pokok dalam mineral, yang mana unsur-unsur pokok tersebut akan saling mengikat menjadi unit-unit sel yang tersebar merata secara acak.

b.    Growth & Enlargement (Pertumbuhan & Pembesaran)
Pertumbuhan dan pembesaran dari mineral hanya akan berjalan jika kondisinya baik (menguntungkan). Pertumbuhan dimulai melalui :
q  Bertambahnya atau bertumbuhnya lapisan-lapisan secara berturut-turut dari atom-atom/ion-ion yang dikandungnya.
q  Pertumbuhan secara berturut-turut dari barisan/deretan atom-atom tersebut dimulai dari keadaan ketidakteraturan inti permukaan kristal.
Pada percobaan yang dilakukan dari larutan jenuh dapat dilihat bahwa pendinginan yang berangsur-angsur (setahap demi setahap) hanya akan menghasilkan sedikit inti dengan pertumbuhan yang seragam/hampir seragam dalam kristal yang besar. Ketika pendinginan berjalan cepat sebaliknya, akan menghasilkan banyak inti dengan kristal yang kecil-kecil pada akhir pertumbuhannya.
Dari kenyataan ini, kita tidak dapat mengharapkan bahwa di alam kita akan selalu menemukan mineral yang menghablur atau mengkristal dengan bentuk kristal yang jelas dapat dilihat. Hal ini disebabkan karena jarang sekali ditemukan penghabluran/ pengkristalan yang sempurna. Sudah merupakan suatu keuntungan apabila kita dapat menemukan mineral yang setengah jadi saja. misalnya sering terlihat pada Kuarsa yang hanya satu ujungnya saja berbentuk piramida dan sebagian tubuhnya/batangnya saja yang terlihat. Kita harus puas bila menemukan beberapa sisi atau bidang saja, dan selanjutnya harus dapat menganalisa sendiri untuk menentukan jenis mineralnya.
Ukuran kristal yang terjadi di alam berbeda-beda dan waktu yang diperlukan untuk proses pertumbuhannya juga berbeda-beda. Beberapa mineral terbentuk dalam waktu yang pendek (misalnya kristal-kristal Gypsum), namun kristal-kristal lainnya mengalami pertumbuhan pada kecepatan kurun waktu geologi yang cukup lama, sebagai contoh sudah dapat diperhitungkan bahwa beberapa kristal Kuarsa di rongga pegunungan Alpen memerlukan waktu 200.000 – 300.000 tahun untuk mencapat ukuran dimensinya pada masa kini. Demikian juga halnya dengan ukuran kristalnya, ada kristal Kuarsa yang panjangnya 50 cm atau bahkan lebih, begitu pula halnya Gypsum dan Beryl dan sebaliknya ada juga kristal Kuarsa, Zircon, Apatite yang hanya sepersekian millimeter saja ukurannya.

II.      Komposisi Mineralogi Kerak Bumi

Jumlah bentuk mineral suatu unsure dan lingkungan geologi dimana mineral tersebut terbentuk sebagian besar dikontrol oleh banyaknya unsure-unsur dan sifat/cirri khas Geokimianya. Hal yang sangat menarik adalah bahwa kerak bumi yang dibentuk oleh lebih dari 80 unsur-unsur, hanya mengandung + 2000 macam senyawa (yaitu mineral-mineral) dan kebanyakan daripadanya sangat jarang. Jumlah keseluruhan senyawa anorganik sudah tentu jauh lebih banyak akan tetapi banyak sekali daripadanya yang tidak dijumpai sebagai mineral. Hanya senyawa-senyawa yang sangat stabil saja yang terdapat sebagai mineral, senyawa-senyawa yang kurang stabil tidak akan terbentuk atau bila terbentuk akan segera terurai. Pembatas jumlah mineral-mineral yang lainnya ialah asosiasi Geokimia dari suatu unsure-unsur tertentu. Maka tidak adanya mineral Rubidium, walaupun Rubidium merupakan unsur relatif yang sangat adalah karena proses geologi tidak dapat memisahkan Rubidium daripada Potassium. Hal yang sama ke-15 unsur-unsur Rare Earth membentuk mineral sangat sedikit, yang mana secara keseluruhan membentuk mineral lebih sedikit daripada Antimony, suatu unsure yang sangat sedikit bila dibandingkan dengan kebanyakan unsur-unsur Rare Earth. Hal ini sebagian besar diakibatkan oleh sangat miripnya jari-jari ion dari unsure-unsur Rare Earth dan karakter Lithophilnya yang seragam, akibatnya kimia kristalnya merupakan suatu unsure tunggal.
Pembatasan variasi mineralogy akan lebih menyolok bila kita memperhatikan suatu lingkungan geologi tertentu daripada kerak bumi secara keseluruhan. Secara umum dikenal 3 lingkungan besar (Major Envoroment), yaitu :

1.     Lingkungan Magmatic
2.    Lingkungan Sedimentary
3.    Lingkungan Metamorfic

Tiap lingkungan ini dapat dibagi lagi menjadi Subsidiary Environment menurut variasi kondisi fisik dan komposisi masing-masing mineraloginya tergantung pada temperatur dan tekanan kristalisasi serta variasi dari komposisi kimia material-materialnya. Maka semua Lingkungan Sedimentary dicirikan oleh range temperature moderate (umumnya 0o – 400) dan tekanan yang konstan (tekanan atmosfir) tetapi sumber materialnya mungkin batuan beku, metamorf, sedimen sebelumnya, ore-bearing veins (mineral-mineral yang ada dalam kerak bumi). Lingkungan magmatik dicirikan oleh temperatur high-moderate dan variasi tekanan gas yang luas akan tetapi umumnya sangat terbatas dalam komposisi kimia. Lingkungan metamorphic dicirikan oleh range temperature dan tekanan yang luas, dimana materialnya dapat berasal dari semua batuan yang ada sebelumnya. Oleh karena itu sangat berguna bila kita memperhatikan asal dan asosiasi dari mineral-mineral yang terdapat di dalam ketiga group besar di atas.

Tabel. Proses dan pembentukan jenis deposit


Proses
Deposit yang dihasilkan
1. Konsentrasi magmatik
Deposit magmatik
2. Sublimasi

Sublimat

3. Kontak metasomatisme
Deposit kontak metasomatik
4. Konsentrasi hidrotermal
Pengisian celah-celah terbuka
Pertukaran ion pada batuan
5. Sedimentasi
Lapisan-lapisan sedimenter
Evaporit.
6. Pelapukan
Konsentrasi residuil
Placer.
7. Metamorfisme
Deposit metamorfik
8. Hidrologi
Air tanah, garam tanah, endapan caliche.

PROSES-PROSES PEMBENTUKAN DEPOSIT MINERAL


Proses terbentuknya endapan bahan galian oleh kompleks dan sering terbentuk lebih dari satu proses yang bekerja bersama-sama, meskipun berasal dari satu jenis bahan, misalnya logam, jika terbentuk oleh proses yang berbeda maka akan menghasilnkan tipe endapan yang berbeda pula. Contoh :
Endapan bijih besi à dapat dihasilkan oleh proses difrensiasi magmatik oleh larutan hidrotermal, proses sedimentasi atau pelapukan.
Tiap-tiap proses akan menghasilkan endapan bijih besi yang berbeda-beda baik dalam hal mutu, besarnya cadangan maupun jenis-jenis mineral penyertanya/ikutannya.
Diantara proses-proses/tenaga-tenaga geologi yang bekerja membentuk endapan bahan galian, maka air memegang peranan yang dominan. Di dalam perannya air dapat dalam bentuk uap air, air magmatik yang panas, air laut, air sungai, air tanah maupun air permukaan. Disamping air, maka temperatur, reaksi kimia, sinar matahari, metamorfisme, tenaga-tenaga arus gelombang juga merupakan faktor-faktor pembentuk endapan bahan galian.
Mengenal dan mengetahui proses-proses yang dapat membentuk endapan bahan galian ini sangat membantu dalam pencarian, penemuan dan pengembangan bahan galian. Proses-proses yang dapat membentuk endapan bahan galian dapat dikelompokkan sebagai berikut :

TERIMAKASI ATAS KUNJUNGAN ANDA
SEMOGA BERMANFAAT, DAN JANGAN LUPAKAN AQ,,,,,,,, Assalamu Alaikum wr,,,,,,Wb.

Minggu, 13 November 2011

BERBEDA ITU BIASA DAN SALING MENYANGI ITU HARUS.


The New Spirite
Karena Jika Sang Khalik menghendaki, maka semua manusia akan memiliki warna kulit yang sama, agama yang hanya satu, tidak ada yang namanya negara, suku bangsa dan tidak ada perbedaan. Artinya Sang Khalik memang menghendaki adanya perbedaan. Perbedaan adalah hakekat penciptaan. Perbedaan itu indah.